sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
seperti dinihari ini, badai kata-kata melembab. mimpimu 

menyentak tidurku. gerimis turun bagai tangis, kurun yang 

membias di kaca jendela. dari hulu ke hilir, mata air mata adalah 

air mata air. riak bisa menjelma ombak, kelam dapat menjejak 

isak. semekar fajar aichi, padang malam segera mengatup 

bentang. bangunlah, labuhkan subuh di tubuhmu. 



080911

 
bersualah udara dan kehampaan, sebagaimana barisan bukit dan lembah. angin bisa semilir menghilir senyap bentangan daun-daun, lereng landai menyimpan derai rinai. lain waktu jadi taufan yang menjurang badai. elang berkulik, mimpi berbaris di kaki langit, anakku anakmu mewarnai selendang pelangi, rembang petang menggabak dendang rawan. sabai siap menjejak anak tangga, rindu sayup sampai.

040911

 
musim melepas malam pergi, angin merancah dinihari. rindu menukar tanda bukti dan cincin itu hilang di mimpi. anakku anakmu tawar menawar dengan fajar, bersijingkat menjejak jari. hanya sepenanakan nasi lagi akan ada matahari, daun gugur tak lagi semata bunyi. maafkan, nyala yang menggenang matamu tak bisa kusudahi. janji menganyam tali, mematri sunyi hati dan nadi.

040911

 
laut dan pantai adalah pertemuan ombak dan sunyi. riak diam mengikis, pinggir daratan entah menyanyi entah menangis. gelombang menghempas, batas pasir mengelupas. camar menari, rindu menggaris cakrawala, anakku anakmu asik menyusun kanji. senja menggerimis malam, nilonali masih berdiri di tanah tepi, kelam menyimpan nyeri. 

010911

 
bukan musim gugur yang membenih mimpi burukmu. ilalang terus tumbuh dan bibit petaka tetap disemaikan. sawah menuai bencana, ladang memanen tuba. paru sesak mendesak isak, polusi hipokrisi meracun udara. hentikan pulasmu, setinggi apa pun matahari. saksikan di sepanjang dermaga, anakku anakmu berbaris menunggu, berulang memberangkatkan zikir ibu.

310811

 
tersebab daun-daun akan gugur, hampa menjejak. tinggalkan teratak dan lihatlah: di sawah dan pematang rusuh telah membiak onak, di parak ladang dan bintalak keruh telah meruang jarak. rantau bergerak menapak, mimpi senyap anakku anakmu mengendap. pergilah, tak usah menoleh lagi, bau kemuning dan melati menggenang nyeri dalam nadi. 

310811

 
siang membilang sejumlah malam ibarat pagi yang menghitung kumpulan senja. sunyi mengukur batas, mencari beda pelabuhan dan muara, mempertanyakan teluk dengan dermaga. hujan menderaskan angka-angka, dusta yang akan membanjiri anakku anakmu. sebelum aksara menghitam dan kata-kata menggelapkan makna, sudah waktunya kita pulang.

270811

 
sekelompok bangau liar terperangkap aksara, serombongan burung dara terjerat kata-kata, sekumpulan kunang-kunang terjebak dalam tanda tanya. hentikan pulasmu, akan tiba pagi menyekar, biar lunas ikrar setanggi dan mawar. malam menggelisah pantai dan ranahku, ombak meriak isak, bulan ciut menyeberang dinihari.

240811

 
seusai malam, kubiarkan kata-katamu meruang, mengiang ulang: musim sudah tak bisa setia, langit tak dapat dibaca. aksara mendadak liar berontak, beranak pinak menggegas jarak. ya, kulihat nyala matamu. kunikmati subuh menjauh, fajar mengantar pagi, sunyi beranda bau melati. 

230811

 
tiap kali dinihari membaru, senja dan malam berkemas di ruang tidur anakku anakmu. begitulah, telah kubiarkan tangan rinai menggerai rambutmu dan jari-jari langit menjahit baju pengantin kita. sunyi mewaktu, sepasang cangkir kopi menunggu, kenangan jadi benalu. seperti pagi lalu, musim panas mengering di tangis kaoru. 

220811


sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,