290911
dan tanahku, negeri api menari, nyala bergerak hentak tak henti. sigulambai gemulai seramai balai, pekan ke pekan membibit harap menyemai sangsai. matahari tak bermusim, matahati terperangkap tahun takwim. beribu pulau mengapung samudra kalau, beribu risau timbul tenggelam timbul lautan igau. amanah lelah menyerah, digenggam tangan gegabah, didustai pikiran serakah. tubuh penuh keluh, nurani nyeri berduri. di hulu mimpi telah membenih amarah, yang akan menggelombang ke hilir sejarah.
290911
0 Comments
nyeri mondarmandir di tubuhmu, tsunami jejaklangkah kami. negeri api menari, telah terpasang di jarimu cincin itu: ngilu bermusim. hipokrisi mencengkram sejarah, membatu dalam kepala dan wajah sang pemegang amanah. Lapar di ambang batas sabar, dusta mengakar tumbuh cakar. malam akan mengganti usiamu. kami, anak negeri masih menanti, bersemayam di dinihari, menggetar debar fajar, menanak harap jadi pagi.
270911 NEGERI API MENARI, 1
gabak sepanjang musim, mendung merundung murung. tak kunjung usai masa berkabung, serangkai kunci dalam telapak tangan, entah gembok petaka entah pintu bencana. negeri api menari terjerat tuba, bala beranakpinak dari hulu ke muara. kata adalah pusaka, nenek moyangku mengirim gumam. kata adalah pusaka, aku menggeram demam. anak negeriku menggenggam diam dalam dalam, aku mengidam paham. 260911 padang menyelam malam, ombak dan rindu jadi rimba,
pantai dan mimpi membelantara. dendang memanjang sipongang lengang, langit isak menyekam nadi. kiyo masih bersimpuh selepas senja, kaoru masih mengeja alifbata. musim ini segera berpulang, gigil bibirmu masih menggumamkan kunang-kunang. senyap membiak, dinihari mendesaksesak, aku masih menjejak. 230911 menjejak jarak siang dan malam, aku meruang kala yang tak
pernah tak memukau, tulismu. angin manapun mengiris muka danau, gelombang apapun menyisir pesisir pulau, cakrawala jingga violet menjelma tembaga, membenam matahari dan mematri tangisnya menggaris langit risau. sebagaimana nyeri dan sunyi berbagi, kau dan aku mewaktu senja sempurna. 220911 anakku anakmu di ruang tengah, memperdebatkan petak umpet
atau janken. biarkan mereka memilih gerimisnya. secangkir kopi mendingin di beranda dan serangkai melati mengering di alas tidur. bulan basah, langit menderas, angin berdebu musim gugurmu tak sampai. masih ada malam, karena masih ada pagi. biarkan nyeri menari, biarkan mimpi menduri. 210911 janji membenih, menjanin dari negeri warna warni, sejumlah tali dan
rantai malam putih. ikrar menyemai ritus sunyi, penanda langkahku membekas halaman meiji. lalu kaki-kaki kecil kaoru menari melintas kauman - tamansari. ruang dinihari menjelang, kelam menggenang. rindumu menikam jejak, anakku anakmu menyulam isak. 160911 janji merancah pembuluh nadi, angin mengoyak sunyi. jemari
langit menyemai dinihari, malam terburu menuai waktu. anak- anak berkaca pada nyala matamu, kiyo memasang obi kaoru. selasar mimpi memanjang, purnama surut dan bintang menghilang. pada rindu hujan berlabuh, rawan kenangan membasah subuh. 150911 tidak seperti ini akhir dinihari yang kita rencanakan, bisikmu.
embun satudua pada daunan di halaman, diam menyerap sisa bau malam. anakku anakmu memetik melati, musim memutih di rambutmu. getir kelam menyayup samar, langit pagi mengancam sunyi. 140911 lengang siang mengirim sunyimu, isak tersembunyi yang
menetap dalam langkah kaoru. musim akan sampai pada nyeri yang biasa, aku dan kau menelanjangi langit malam, menjumlah debar bintang berpendar. rindu terkuras, luka tanpa batas. angin menyusun nyanyi, tiupan saluang murung yang mengurung waktu. 130911 |