sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
oleh Nani S. Karyono pada 16 November 2009 jam 21:21

“Selamat pagi di mejamu”
  kaukah menu hari ini?
  sepotong fajar, setengah matang.
  secangkir huruf yang kau seduh.
  koran pagi ini: cake dengan sebuah chery di atasnya.
  koran kemarin:
  cake dengan sepuluh chery di atasnya.
  koran kemarinnya lagi:
  cake dengan seratus chery di atasnya,
  selamat menikmati!
  “apa yang anda pikirkan”
  kaukah cerita itu?
  sebaris kalimat yang hurufnya tak lengkap,
  karena korannya kau buat jadi pesawat.
  dan kalender yang terbagi dua belas:
  lalu dua irisnya tengah kau pantunkan.
  selamat menyimak!
  ah,
  koran dan kalender telah membuatku obesitas!
  aku harus diet, sayang.
  (2009)

 
oleh Nani S. Karyono pada 11 November 2009 jam 18:51

  Sayang
  kata temanku,
  kini malam tak sungguh gulita,
  sebab ia bersahabat dengan lampu kota.
  gemintang pun tak lagi tinggi,
  hampir bersalaman dengan pohon kersen,
  di halaman belakang rumah kita.
  jadi bolehkah jika ingin kusimpan sebutir,
  di saku bajuku,
  dekat dada?
  (sigaretmu sisa sepotong,
  kau tinggalkan di asbak, sore tadi)
  Sayang
  kata temanku,
  siang berasa makin terik,
  jika tertinggal caping.
  dan fajar baru saja bersepatu,
  menantang adu lompat.
  jadi aku mesti bergegas,
  bis antar kota enggan menunggu.
  kondekturnya pasti berteriak,
  karena penumpangnya telah penuh sesak!

    (kemejamu tergantung di kapstok,
  bekas kemarin)

    (2009)

 
oleh Nani S. Karyono pada 08 November 2009 jam 19:00

sebentar lagi kelam membungkus senja
lampion-lampion mulai dinyalakan
gemintang berkedip-kedip: memunggu isyarat
di cangkirmu teh bersisa separuh
dingin, tak kau toleh

sejak senja mulai bersolek
“aku harus meninggalkan Kyoto” ucapmu,
seraya meremas jemariku, yang ujungnya  berasa membeku
hening
mengantar kanzashi berayun, tatkala ku mengangguk
merangkul dua huruf amat paling ku benci:

ya
setelah itu suaramu terdengar menyayat
menikam
mengoyak hasrat
perlahan menggeretakkan pingganku
krim di dalamnya mulai menetes
menggenang pada hamparan kisah

kutahu
dawai shamisen akan bergetar merendah
dn lampu kamarku pun padam!

(2009)

(Memoirs of Geisha # 2)

Shamisen = alat musik semacam gitar

Kanzashi = ornament rambut

 
oleh Nani S. Karyono pada 01 November 2009 jam 19:47

angin mengibarkan syalku.
mengajak lengan cemara menari,
rampak mengalun, di sekeliling bangku kita.
gemerisik.., helai rambutku
mulai bersentuhan, berangkulan, berayun,
menyenandung…

dibarengi gemintang, lampu taman menatapku cemburu,
tatkala kau rengkuh …..gelisahku.
sekali lagi, …desir angin bercengkrama dengan gerai rambutku,
meliuk-liuk…
“tak apa, kau akan terbiasa,” katamu.
lalu jemarimu lembut menyelusup di sela-sela rambutku,
merayap, …menelusuri…memilin ujung rambutku…

Duh!
lampu taman kian cemburu padaku,
kali ini bersekutu dengan dingin,
angkuh.
“sebentar lagi bulan desember, “ katamu.
tiba-tiba aku tersedak musim!
menggigil….
“biasanya salju akan turun,” katamu lagi.
terasa, aku terjerembab dalam detik.

mengapa ada benua?
di belakang bangku kita, ilalang sibuk mengobrol
tentang ucapan perpisahan dalam berbagai bahasa.
entahlah, mungkin mendengung, melengking atau sejenisnya!
bagai bunyi lokomotif kereta yang hendak kau naiki.
lalu tampak asapnya bergumpal-gumpal,
mengembun pada kaca-kaca
jendela-jendela
yang baru saja beku…
Bung, mengapa ada kereta?

(2009)

 
(Sajak untuk Iwan AP)

Sedang kutimang huruf-huruf
Menunggu ia jatuh
Tertidur
Dalam mimpimimpi
Yang digendong bidadari cantik
Manis
Indah

Ayo senandungkan kidungnya, Bung.
Relakan ia beristirahat
Setelah bekerja keras merangkai puisi dan prosa
Untuk tuannya:
Para pujangga yang selalu
Jatuh cinta

Langit Lembang 10092011
 
oleh Nani S. Karyono pada 28 Oktober 2009 jam 20:09

  rincik
  rebah di kaca jendela, ruang kita
  bingkainya melepuh
  senja bersikukuh
  mengantarkan secangkir teh yang kita reguk
  butirnya menyeruak
  berpendar dalam setiap desah


  basah

  menyergap ujung dahan
  yang bunganya kita untai siang tadi
  “untuk geishaku,” bisikmu di sela-sela anak rambutku
  seraya menyisipkan
  kuntum, pada gelung rambut yang kubuat
  harumnya telah merekahkan kelopak rinduku


  rincik

  rebah pada cangkirku
  bingkainya bergetar, butirnya meluap
  mengendap desir,  menyampaikan sayup
  melambai pada sudut asa
  yang telah kutitipkan
  gincu di bibirmu
    (2009)

(MEMOIRS OF GEISHA....#1)



sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,