sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
Di Sini Aku Masih Menunggu

Semalam kulihat matamu dalam tidurku. Matamu bergerak-gerak seperti pisau menuju hatiku. Dalam menyeruak. Sedang senyum itu mampir begitu saja. Tanpa pretensi apa-apa. Aku gamang memeluk waktu!

Kalau dinihari aku terbangun dan tanganku bermain-main dalam kenangan, mencari-cari bahumu. Janganlah engkau diam. Biarkan suara mengembara di antara sepi. Beku.

Dan waktu berjalan. Jarak tak lagi menentu. Aku nanar. Sendiri. Matamu membinar dalam hatiku. Membakar seluruh rona jiwaku. Semakin gairah bangkit, semakin menggelora api membakar jiwa ini.

Jangan bicara lagi. Sajadah yang terpasang tak lagi terjamah. Nafsu melaju dan rindu mencair. Tak lagi kita rentang waktu dengan sembilu kata. Tak lagi mata menawarkan dahaga yang lama kupendam. Engkau masih menakik sepi. Sendiri!

Sudah kukatakan : Kembali! Biarkan waktu membakar kata-kata dalam huruf-huruf yang timbul. Pasalnya, rindu tak pernah sudah. Kita hanya mendakap sepi dalam perjalanan waktu. Sedangkan jarak tak pernah lagi terhitung. Berapa lama cinta terbakar?

Semua. Sudah kita bahas dalam bahasa jiwa. Tak lagi raga menjadi perantara. Tak lagi kata tersimpan dalam harapan. Semua. Kembali begitu saja. Engkau duduk di sampingku sambil memeluk lutut. Aku mendakap bahumu dalam mata nanar!

Kembalilah! Pinta itu hanya menggema tanpa pernah berubah. Sesekali engkau dinginkan bara api dengan sejuk senyummu. Aku mabuk sendiri. Tapi kita tak akan pernah bertemu...

Sutan Iwan Soekri Munaf:




Leave a Reply.


sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,