sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 


Antara Jatibening dan Milhac

Aku tidak ingin lagi terperangkap dalam kotak empat
walau sudah tiba di hari ke tujuh
Dan menahun menunggu bayang-bayang sendiri
selalu malam menggiring mimpi
sambil melemparkan lagi rindu yang hasrat
ke dalam setiap tubuh
Beginikah waktu yang selalu kurajut?

Jangan lagi ketuk. Buka pintu dan masuk!
Aku berdiri menatap langit. Barangkali satu bintang akan mampir
dan memberi cahaya ke dalam ruang kelam. Aku menjadi khusyuk.
Jangan lagi tertawa di luar sana. Kata tak selalu keluar dari bibir
dan mata banyak bercerita

tentang waktu yang tak berkabar berita...

Barangkali aku singgah sebentar
memandang menara Eiffel
dan berlalu di antara angin menggigit
masuk ke metro
sambil menatap ke dada Melani yang putih
diremas jemari Pierre yang hitam
dan terdengar suara erangan
di antara denyit pintu terbuka
Dan malam pun kembali
duduk di ranjang menonton TV
dalam bahasa yang tak kumengerti
Tapi kupahami!

Semalam. Datang lagi.
Berapa kali harus kubuka hati
agar rindu tak berbagi?


Karena waktu selalu berjaga
Aku selalu menduga-duga

Aku sudah siap. Biar pun sekerjap
tak ingin kumeratap. Biarlah aku menangkap
waktu yang tersekap!
Dalam kotak empat
pada hari ke tujuh
selalu melompat-lompat
dan kemudian luruh
menjadi tanah
menjadi tanah!
Kalau begini, aku mengigau rindu
dalam ceracau waktu!

Waktu selalu berjaga
Aku menduga-duga


Dan di negeri beku
tak ada lagi kata-kata
Selain menyebut
nama Mu!



Sutan Iwan Soekri Munaf:
Milhac 2003



sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,