sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
‎***
Bila tak siap menjaga rasa, maka kita tak siap mencintai, bila tak sanggup menghargai janganlah mencintai, bila tak mampu melayani janganlah mencintai. Karena cinta adalah pengabdian tertinggi



Kanjeng Senopati

 
‎***
Cinta adalah sebuah penghargaan. Atas sebuah pengabdian dengan tulus, melayani sepenuh hati, menyayangi sepenuh jiwa. Bila semua terabaikan dan lalai, maka kita telah teraniaya waktu, dan cinta akan meninggalkannya

Kanjeng Senopati

 
‎***
Bila jingga semburat di ufuk barat, gelap malam menelan sekuntum mekar mawar. Sandarlah pada bahu perkasa untuk merayakan rindu, dengan kekasih jiwa, yang setia menunggu untuk di cumbu. Andai lembayung malam terobek kuku kuku cahaya, dan kita selamat terlahir kembali, angkatlah kaki beranjak menyemai, agar bunga bunga cinta tak melayu mati



Kanjeng Senopati

 
***
Kekasih..
Bila kau rindukan aku, maka aku lebih merindukanmu. Aku terus mengingatmu, meski kau sering melupakanku. Karena cintaku, aku berkabar padamu, aku selalu di dekatmu, tetap di hatimu, walau kau lupa merayu apalagi mencumbuku



Kanjeng Senopati

 
‎***

Kekasih...
Meski sejenak, janganlah keindahan ini pergi. Menatap pesonamu, tak ingin aku menyudahi



Kanjeng Senopati
 
‎***
Kekasih....
Mendekatlah, aku ingin mengajakmu menggali lebih dalam lagi, untuk memaknai yang bernama cinta. Agar jiwamu tak merebah sia sia



Kanjeng Senopati
 
oleh Kanjeng Senopati pada 18 Februari 2011 jam 7:25

***
Dan yang kudapati hanya acuh tatap matahari
Tak kurasa lagi hangat dekapnya
Cahaya berlalu begitu saja melewati tanpa setitik
Tanpa setitik huruf jatuh dari simpulnya

Ramah yang biasa kutangkap telah berubah menjadi marah
Lembut sutera balutannya menjelma menjadi serbuk pasir di pelupuk mata
Terasa pedih memerih yang kian menindih pada jiwa telah merintih

Bunga bunga layu kelopaknya berjatuhan
sedangkan musim semi masih memeluknya
Daun daun kering serak beterbangan
Padahal kemarau telah berlalu lama

Dan aku masih bertekuk kaku, walau gelap tak lagi  menjamu.
Dan semakin kutatap matamu, padhang purnamamu semakin tak nampak
Hanya urai air mata yang tak mampu aku jelmakan menjadi mutiara 
Butirannya menjadikan kerak pada wajahku sendiri 
Seakan bumi acuh menerima air mata pengaduanku
Langit hanya tersenyum sinis memandangku yang terhimpit

Sebongkah batu dan tiang tiang telah menjerat dan mengikatku.
Angin berlalu begitu saja tanpa belai elusannya
Apalagi ramah sapa yang selalu menggoda.
Senyum kecut yang kudapati dari bibir manis semesta
Hangat pelukan seperti sindiran bagiku 
Yang masih dingin menggigil dan beku tersesat di padhang kutub
Tak mampu lagi kujamah sepercik api 
Sekedar mencairkan setetes dari kebekuanku

sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,