sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
Minke Wh

‎(Tak kan Berjudul)

jadi....
apa saja yang sudah kita lewati sejauh ini?
apa itu cuma kekosongan nasib yang berharap penuh pada takdir?
atau selayak air yang menumpang nasib kepada takdir sungai?

aku rasa kita terlalu sempurna untuk hal itu
kita adalah individu
kita manusia merdeka semerdekamerdekanya...!!!

kita yang akan membuat takdir menjadi sebuah kebanggaan
hanya kita yang bisa mengendalikan nasib kita seperti kita mengendalikan kedipan mata

kita itu

kau dan aku.

(17/12/11 22:00)


 
sekali ini aku iri
pada riak yang menggoyangkan kekokohan perahu itu
karenanya kau tersenyum begitu manis


sekali ini aku iri
pada angin sore yang membelai halus rambutmu
karenanya kau terlihat begitu anggun


sekali ini aku iri
pada takdir matahari senja
karena bisa melihatmu sampai membenam padam

kau memang mengagumkan

dan tak ada peranku disana

Minke Wh
pangandaran 02/10/11

 
(Kepada Poedjangga X sahabat di ladang pembantaian)

Bulan meninggi

sepi pun berantakan

mengeja bayang



(haiku)





(terimakasih untuk suratmu kawan)


Minke Wh
Pangandaran 02/11/11

 
purnama melarut ke dalam kopi

menggambar rupa

perawan pecinta bulan

yang menggengam sabar

untuk menangkap angin




Minke Wh
 
Aku menikahi sepi

di malam buta

bersaksi jejak kaki

sisa langkah kawan lama




Minke Wh
 
ketika waktu istirahat sudah tamat

kemana langkah harus berarah?

ke belakang penuh tali kekang

yang mengikat diri pada panjipanji

ke depan aku tak yakin bisa tahan

duri di kaki menancap pasti

bukan satu,

tapi beribu


haruskah aku lari?

atau memilih berhenti?





Minke Wh
 
dikala kita bersua, nona

aku ingin waktu mati disitu

pantang kebelakang

segan kedepan.





Minke Wh
 
apakah aku terlalu sepi?

maka kau lari dan tak menengok lagi



lihatlah

aku tersesat

di jalan tengah hutan

dalam imaji yang ku buat sendiri




Minke Wh
 
tua renta hendak bekerja

namun daya hampir tiada


tua renta duduk berdiang

disudut perapian ia selamatkan impian.



Minke Wh 
 
adalah tuan yang tak pernah bosan

duduk termanggu dari minggu sampai sabtu

apa yang tuan pikirkan?

Hingga pantat tak kunjung diangkat



Bangkit tuan,

Rambut tuan tiada beruban

Jangan tunggu sampai berkafan



Minke Wh
28 Juli 2005


sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,