sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
Lili Dewita

BIARKAN AKU

Terlalu manis kasih yang kau tawarkan, 
hingga kulena, 
dan lupa kalau aku takkan sanggup membelinya.

Terlalu indah cinta yang kau sajikan, 
membuatku nanar, 
dan tak sadari jika untuk menyentuhpun tak mungkin.

Biarkan ku nikmati dan hanya berharap apa yang pantas untukku, 
jangan kibarkan lagi kebahagiaan yang semu bagiku. 

Akan sangat menyakitiku ketika kuterjaga, 
jika ini hanya mimpi.... Gulunglah semua, 
simpan di tempat yang tak ada celahku bisa melihatnya.  

ARAH

9/17/2011

0 Comments

 
pada 24 Juli 2011 jam 21:02

Selimut malam tak jua mampu hangatkan gigilku,
cahaya kunang-kunangpun tak jua terangi jalan ini.
Kemana harusku ayunkan langkah,
sedang malam semakin kelam dan tubuh kian lemah.

Setitik cahaya terlihat dikejauhan,
harapan memacuku untuk terus melangkah,
namun tak jua terlihat arah mana yang harus kutempuh?
Pekat malam menelan asaku...
ke mana lagi ku harus melangkah?

 
pada 08 Juli 2011 jam 15:11

Hei.....
Sudah berulang kali kukatakan, jangan hadir lagi dalam mimpiku!
Tapi masih juga senyum dan tawamu menari-nari disana
Dan sudah berkali-kali kukatakan pergilah dari  khayalku!
Namun mengapa dengan tengkarnya masih saja kau hadir dengan tatapan magismu. 
Aku juga sudah melarang agar jangan jejakkan kakimu di kamar fantasiku.
Mengapa masih saja kau rayu aku di sana?

Taukah kau, kalau semua ini menyiksaku?
Apakah kau tidak mengerti kalau hadirmu melukaiku?
Tidakkah kau lihat, aku sudah lelah menata hati ini?
Hentikan, jangan kau porak porandakan lagi!
Pergilah! Jauhi aku, kumohon.....

 
Bu guru...
Kata ibu... mencuri tidak boleh
Kata ibu... mencuri itu dosa
Tapi...
Lihat bu....
Mereka mencuri pisang kita
Mereka mencuri ladang kita
Mereka mencuri masa depan kita

Lihat bu...
Pencuri itu berdasi
Pakai sepatu dari Itali
Pakai jas bergengsi

Mengapa bu...
Ibu diam saja!
Ibu takut?.... atau ibu juga dicuri?
Mengapa bu? 
mengapa ibu diam saja?

Oleh Lili Dewita 

 
Tak bisa kutepis rasa yang ada

terlalu indah kasih yang kau tawarkan

bangkitkan gairah yang tak terpahamkan

Jangan biarkan  mimpiku meranggas dipanggang masa

Hari ini adalah waktu yang kita jalani

esok adalah antara nyata dan harapan

masihkah rindu memanggil?

Apakah batang mimpiku meranggas diterpa musim?

atau kasih akan berpaling?

kuserahkan pada kisah waktu.

oleh Lili Dewita pada 10 September 2011 jam 16:42

 
oleh Lili Dewita pada 17 April 2011 jam 9:30

Ketika mata tak mampu membaca aksara, ketika telinga tak sanggup mendengar gema, dan
ketika lidah tak bisa bedakan rasa, cinta telah menganugrahiku bahasa dan air mata.

Angin takkan pernah tahu, bagaimana rumput bisa bergoyang. Matahari takkan pernah mengerti mengapa  bumi bisa terang, bulan tak pernah paham jika dia telah menghangatkan malam. Tapi aku tahu...semua karenaMu...

Kupahami segala derita, kumaknai semua bahagia, kuartikan segala rasa, karna kutahu semua atas kehendakMu
Pintaku padaMu, bisikkan tegur dalam khilafku, suarakan bentak dalam salahku, beri ampun dari dosaku, dan jangan pernah tinggalkan aku....Amiiiin...

 
oleh Lili Dewita pada 02 Juli 2011 jam 17:23

Jejak langkah masih saja menapak pada bumi, enggan beranjak meski cakrawala menggoda mengajak terbang dan menari bersama bintang. pesona laut merayu mengajak berenang bersama ikan.
Nyanyian rindu masih saja menggema dalam dada, hanya dalam dada, meski rasa ingin mengungkap dengan kata, meski jiwa menangkap sejuta makna.

Keindahan itu hanya mampu dilihat mata sukma, terbang bersama sayap-sayap memori yang kian memudar, dan  kecupan sinar mentari kembali menyadarkan, kaki masih menapak pada bumi,  namun masih saja terdengar bahasa jiwamu, seperti pantai mendengar kisah gelombang, Kaki masih saja menapaki bumi

 
oleh Lili Dewita pada 26 Juli 2011 jam 20:27

Segunduk cahaya rembulan, menyingkirkan sepi dari pundi-pundi masa lalu
Kerlip bintang bagai manik-manik menghiasi indahnya selendang malam
Galau hati perlahan reda ditengah rayu kunang-kunang 
Bangkitkan sukma bagai bianglala merenda cakrawala

Pepohonan penampung kenangan tersenyum merelakan 
Membiarkan asa yang menggantung di awan jatuh di padang impian
Rerumputan menyediakan tempat untuk mengubur segala duka
Malam terus berjalan, merayap menyambut hangatnya mentari pagi
Menyongsong asa yang tertunda

sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,