sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 

Malam putih setelah hujan

Yang mengalir dalam sunyi adalah namamu

Menjelma dalam alunan perdu

malam putih setelah hujan

meninggalkan jejak namamu di daun

bayangan yang memudar berlalu dengan waktu

saat ingin kupanggil kembali, 

tapi rindu bagai batu

lalu setelah itu semakin pekat, 

termangu



Iwan Ardhie Priyana

 
dari kegelapan yang menjelang sempurna
maka sia-sialah aku bila tak sempat
mengeja kata-kata yang sering kau lantunkan
di dinding kayu rumah kita


dari sanalah engkau menuliskan bait-bait, kehidupan,
keabadian semesta; sementara sang waktu
memberkatimu dengan mahkota perak
di kepala


dari kegelapan yang menjelang sempurna
ibu, ajari daku kembali mengeja kebesaran cinta
agar aku kenali ke mana air bermuara
dan ke mana angin mengembus putik bunga



Iwan Ardhie Priyana 
 
ada rindu yang berserak

diantara kepingan waktu

kau mau memungutnya satu untukku?
 
di sini kita tersesat di belantara syair cinta

mencoba mengenang kembali serpihan cinta masa muda


yang seakan di pelupuk mata


tiba-tiba kita semua seakan ingin waktu


berputar ke masa lalu


menikmati hari ini dengan sisa cerita


dan mengemasnya kembali dalam puisi
 
Sambil mengunyah sepotong mimpi yang ranum
Ku panggili namamu di belantara sepi
Tapi selalu saja suaraku tersangkut pada cemara
Yang menari

Bulan rawan menyeret gelisahku perlahan
Menyusur padang malam yang luas,
O, kucium wangin rambutmu
Tapi, selalu sia-sia ku panggili namamu
Hingga lelah dan aku tergolek dirangkulan pagi
Yang membawaku mendaki titian hari-hari yang layu


Muararajeun Baru, Bandung 1981
(Puisi lawas)
 
Tulis saja keresahanmu di sini sahabat
mungkin langit mendengar
mungkin ada sekeping hati yang mau berbagi
di tenah kebisingan dan hirur pikuk kepalsuan
tulis saja gundahmu di sini sahabat
dan mari kita berbagi sekeping kata 
dan sekeping makna

 
Cahaya lilin telah di nyalakan

Laron-laron yang terpesona oleh silaunya mencoba mencari kehangatan

Lalu , satu demi satu berjatuhan, dengan tubuh lebam dan sayap menggelepar

Tak sempat berkirim kabar, atau telegram , sampai akhirnya cahaya lilin itu memudar

Meninggalkan gumpalan putih seperti awan

Tapi, laron-laron masih juga berseliweran, Mengais-ngais sisa mimpi dan harapan


Iwan Ardhie Priyana
Nagreg, 10 September 2011



sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,