ada rindu yang berserak
diantara kepingan waktu
kau mau memungutnya satu untukku?
di sini kita tersesat di belantara syair cinta
mencoba mengenang kembali serpihan cinta masa muda
yang seakan di pelupuk mata
tiba-tiba kita semua seakan ingin waktu
berputar ke masa lalu
menikmati hari ini dengan sisa cerita
dan mengemasnya kembali dalam puisi
Sambil mengunyah sepotong mimpi yang ranum
Ku panggili namamu di belantara sepi
Tapi selalu saja suaraku tersangkut pada cemara
Yang menari
Bulan rawan menyeret gelisahku perlahan
Menyusur padang malam yang luas,
O, kucium wangin rambutmu
Tapi, selalu sia-sia ku panggili namamu
Hingga lelah dan aku tergolek dirangkulan pagi
Yang membawaku mendaki titian hari-hari yang layu
Muararajeun Baru, Bandung 1981
(Puisi lawas)
Tulis saja keresahanmu di sini sahabat
mungkin langit mendengar
mungkin ada sekeping hati yang mau berbagi
di tenah kebisingan dan hirur pikuk kepalsuan
tulis saja gundahmu di sini sahabat
dan mari kita berbagi sekeping kata
dan sekeping makna
Cahaya lilin telah di nyalakan
Laron-laron yang terpesona oleh silaunya mencoba mencari kehangatan
Lalu , satu demi satu berjatuhan, dengan tubuh lebam dan sayap menggelepar
Tak sempat berkirim kabar, atau telegram , sampai akhirnya cahaya lilin itu memudar
Meninggalkan gumpalan putih seperti awan
Tapi, laron-laron masih juga berseliweran, Mengais-ngais sisa mimpi dan harapan
Iwan Ardhie Priyana
Nagreg, 10 September 2011