sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
ketika memulai mata membuka
dengan mudah jalan maksiat di temukan
lalu di tempuhi satu persatu
di nikmati dengan ketelanjangan tanpa malu malu
tanpa memilah
tanpa memilih
karena tak perlu
untuk apa?
jika semua adalah kenikmatan?
tak perlu kerja terlalu keras
dan nikmatpun di teguk dengan rakus dan tanpa sungkan
dan bodohlah yang banci menolaknya

ketika kaki melangkah
dalam pilihan
antara menjadi alim dengan kepalsuan yang menyiksa
atau
menjadi kenyang menghapus dagaha kenikmatan
perempuan perempuan terpilih untuk di cintai
makanan yang terlalu manis untuk di lewatkan
dan jadilah setiap hari menjadi valentine
merasuk
mengalir di setiap sel
mengelus lekuk yang paling ingin di sentuh
dengan napsu dan napas memburu
sedetik semenit sejam sehari menjadi sama
terburu buru
takut waktu habis terbuang percuma
memeluk
lama
menciumi setiap waktu
mengecup setiap titik
yang membuat kita lupa tak lagi berbaju

ketika menoleh
tak ada lagi bayangan
tak ada lagi jalan kembali
hanya terus menikmati sampai napas berhenti terengah
dengan atau tanpa kita
tanpa aku
tanpa kau
yang lalu lalang dalam degup yang mengencang
yang mencinta berlama-lama
kalau perlu dengan viagra
tak perduli jantung terlalu cepat
yang mungkin mengerem tiba tiba
lalu
plek plek plek
hahahaha
saking asyik terlalu masyhuk
malaikat maut berdiri lalu berkata
wah..
over dosis...
dan dunia menggelap
sambil menyesal
kenapa mesti pakai obat segala
padahal tak penting berjam jam
kalau bisa berulang ulang
menikmati waktu esok hari
kalau tak ketahuan
mungkin malaikat juga tak perlu datang

ketika itu
ah..
sayang sekali
habislah kita
tak lagi bisa menikmati
menghimpun dosa
dan hidup lagi





oleh Darmawan Soegandar
 
Pada para perempuan Dolly
Pada para perempuan Saritem
Pada para setengah perempuan Taman Lawang

Bahagialah kalian yang berdiri perkasa memastikan hidup esok hari
Berbahagialah atas kemerdekaan bermartabat kalian

Tengoklah kiri
Tengoklah kanan
Siapa tahu polisi pamong praja menyerbu
ketiak mereka berteriak gagah: serbu.....
Lari!
Selamatkan diri!
dan teruslah berkarya esok hari!

Saudaraku, Perempuan perkasa...
Tak perlu lagi mengurai air mata, banggalah! tegakkan muka kalian
toh kalian tidak mencuri?
toh kalian tidak jalang?
Merdekalah Saudaraku!
Merdeka!

PS: Karena kalian lebih terhormat, tabik! 



oleh Darmawan Soegandar
 
aku ingin mengajariku:
untuk bertoleransi dan berpikiran terbuka,
bukannya berbagai rahasia yang dijaga ketat
dan perang-perang suci yang tak berguna.

aku ingin mengajariku:
dengan imajinasi
dengan intelek
dengan jiwa yang bebas tak berguna
kiranya dapat kita kobarkan di masa yang akan datang

aku ingin mengajariku:
kita mungkin bahkan dapat sepenuhnya memahami;
tahukah kalian bahwa kalian itu dewa?




oleh Darmawan Soegandar
 
Matahariku,
Ingatkah engkau;
aku yang mencintaimu dalam setiap pagi, setiap siang, setiap malam, setiap gelap, setiap terang, setiap lelap, setiap terjaga, setiap hidup dan setiap matiku

Matahariku,
Ingatkah engkau;
pada setiap sel abu otakku engkau tak akan menemukan satupun sel tanpa hurup Ra di dalamnya. pada setiap molekul tubuhku engkau tak akan menemukan satupun unsur selain One dan Ra yang mengikat satu sama lain dan tak memungkinkan satupun elektron bermutasi ke lintasan manapun yang memungkinkan kita berubah makna

Matahariku,
Ingatkah engkau;
doa dalam setiap malamku tak akan engkau menemukan y dalam setiap fungsi yang bermakna lain selain yusnita, apapun variabel yang memaknai setiap relasinya tak peduli dia kontinu ataupun tidak

Matahariku,
Ingatkah engaku;
aku adalah kumpulan malam tanpa engkau
aku adalah himpunan kosong tanpa engkau
aku adalah kehampaan udara tanpa engkau
aku adalah mati tanpa engkau
karena tak layaklah aku hidup
ketika
engkau memutuskan:
aku mati

Matahariku,
maafkan aku
yang tak juga mampu menyanjungmu
yang tak juga memenuhimu
yang tak juga menjadimu

Matahariku,
maafkan aku




by Darmawan Soegandar

Besok

10/21/2011

0 Comments

 
kepada aku;

kalaulah esok itu memang ada
akan kubiarkan dia apa adanya
tapi tidak sedikitpun seadanya

tak aku
tak kamu
tak kita
tak kalian

hina lah aku jika ku biarkan hidupku melunta seadanya; tanpa riak, tanpa gelombang, tanpa buih!
hina lah kau jika kau biarkan hidupmu kering seadanya; tanpa kemarau, tanpa badai, tanpa kemenangan!
hinalah kita jika kita biarkan hidup kita mengkerut seadanya; tanpa kemiskinan, tanpa kebangkrutan, tanpa bangkit!
hinalah kalian jika kalian biarkan hidup kalian seadanya!
hinalah!

kalaulah hari esok itu memang hadir adanya. kan ku kaitkan kau, kita, kalian dalam setiap lembarnya dengan koyak, dengan sorak, dengan teriak, dengan serak, dengan segenap yang kalian mau!
karena kita lah tuhan
tuhan yang menjalani esok!




by Darmawan Soegandar 
 
malam tadi;
aku buktikan kepadamu ketika kau suruh aku berpikir
dan berangkatlah aku berpikir
menyusuri negri negri asing
memaknai setiap senti lekuk tubuhmu

berusaha paham
memahami engkau

kau bilang dalam pikirmu
aku belum mempercayainya

kau bilang dalam tubuhmu
kaulah dulu yang harus mempercayaiku

aku percaya padaku
&
akupun putuskan
aku menjadimu
&
aku ucapkan kata yang kau ucapkan tadi malam dalam hatimu
aku belum mempercayainya

kepada engkau!
tak bisakah kau adil mempercayaiku!
seperti aku padamu




by Darmawan Soegandar
 
aku coba memasti
setiap lorong

aku coba memasti
setiap susur

aku coba memasti
setiap lekuk

aku coba memasti engkau
kemana lagi aku mesti pastikan
kau
dimana?
atau
tak berartikah lagi aku memasti
senyum yang kau kenalkan padaku
dulu

kemanakah lagi aku mesti memasti
aku kehilangan rindumu
tolonglah aku
kembalikan senyummu milikku itu
jangan kau ambil
aku rindu
kembalikan senyumku

pastikan aku
aku rindu
kemanakah engkau

aku rindu
senyum
di merah baju mu!



by Darmawan Soegandar
 
hari ke 4
apa yang ingin ku cari
apa yang ingin kau cari
apa yang ingin kita cari

jujur saja...
apa susahnya!
apa yang kita cari
kenapa kita cari
kapan kita cari
atau
siapa yang kita cari

jujur saja...
yakinlah kita;
kita tidak tahu apa jawaban yang paling layak...

jujur saja...
kita tidak atau;
apa, kenapa, kapan, siapa
kita...

dan jujurlah kita...
kita tak layak menjawabnya
karena kebanykan kita, memang tidak tau...

jujurlah kita...
lebih banyak kita pura-pura tau

jujurlah aku...
aku tersesat
lagi




by Darmawan Soegandar
 
aku menulis titik dua
aku menulis titik koma
aku menulis koma berangkai
memanjang
menempuhinya satu persatu
dan aku menulis titik di akhirnya

karena aku mencinta
tanpa kurung
tanpa @
tanpa &
tanpa /
dan aku menulis titik di akhirnya

karena aku mencinta engkau
Ra, matahariku
tanpa tapi
tanpa asal
tanpa syarat
dan aku menulis titik di akhirnya

karena aku mencinta engkau matahariku
titik




by Darmawan Soegandar 

sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,