aku menyebut dia: perempuan itu !
yang menghampiriku
memecah khusyuk, tanpa sebab
sesuka hatinya mengidung puji-pujian untuk dewa Amor
dan anak panah yang diluncurkannya
aku mengatai dia: perempuan itu !
membisik di telingaku: “mulutku seharum bunga”
tak mengindra
membiarkanku menyaksikan sisa kelopak bunga berguguran
dari sudut bibirnya
sudah tak berwarna
aku memaki dia: perempuan itu !
menyalip langkahku, tanpa sebab
gemerincing suara gelang kakinya
tak lekang menggoda
aku merajam dia: perempuan itu !
yang kerling matanya telah membatukanmu
Langit Lembang, Juli 2010
yang menghampiriku
memecah khusyuk, tanpa sebab
sesuka hatinya mengidung puji-pujian untuk dewa Amor
dan anak panah yang diluncurkannya
aku mengatai dia: perempuan itu !
membisik di telingaku: “mulutku seharum bunga”
tak mengindra
membiarkanku menyaksikan sisa kelopak bunga berguguran
dari sudut bibirnya
sudah tak berwarna
aku memaki dia: perempuan itu !
menyalip langkahku, tanpa sebab
gemerincing suara gelang kakinya
tak lekang menggoda
aku merajam dia: perempuan itu !
yang kerling matanya telah membatukanmu
Langit Lembang, Juli 2010