sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
namaMu
ada di mangga jatuh 
koyak dimakan codot tadi subuh
tak terbantahkan

tak ada yang lain
selain rakus ku telan manisnya
tak peduli kotornya aku, tak peduli menempel tanah dan debu
aku gembel begitu mendamba !

lalu, biarkan mati aku kemudian disudut pasar
hingga koran-koran esok ramai mengabarkan
seorang gelandangan ditemukan kaku
dengan mulut bersungging senyuman

fa,05102011

 
(sajak kenangan untuk seorang sahabat)

menentang matahari sore dengan sedikit sapa padamu
ingin ku raup semua kenang yang masih tersisa di tiap rambu-rambu
dari sekelumit waktu yang pernah terlangkah bersama
tumpukan buku-buku fiksi, komik, manga dan sedikit cerita cinta

dan lihatlah, bongkahan hati tegar kau tinggal kini
beserta senyum polos dua pasang bola mata
dari setiap tetes peluh yang kau lontarkan
beserta buhulan harap pada setiap butirnya

jadi duduk tenanglah kau disana
hisap rokok, kopi hitam dan lembar-lembar novel
lalu sarikan pada tiga jiwa, bukan tuk menahan angan
hanya semangat yang harus terus kau tiupkan

fa
cirebon, 09102011

 
Mengikuti kembara mathari, kekasih
angan yang kita bangun semakin lesi oleh panasnya
dengan waktu kian mengering rapuh
oleh setumpuk nyata yang melapuk

menguruti arah angin berhembus, kekasih
kepala makin tertunduk oleh rautmu yang lepas berkibar
sementara kepingan wajahku luruh pada hembusnya yang sore kemarin
dan menjadi senyap oleh gelap perlahan

lalu, adakah sejuk masih bisa kita selimutkan ?
dengan tanpa gigil dan gemeretak gigi beradu dengan kehampaan ?
tanpa gugat terhadap matahari, tanpa gugat kepada angin
ataukah hanya sunyi, menyelinap semakin dalam 




FA
bogor, 10102011

 
sehelai daun setengah kuning setengah kering 
jatuh lepas dari tangkainya sore kemarin
ditiup angin setengah basah
oleh musim yang tak pasti kecuali resah

tidak kemarau, tidak penghujan
hanya pengharapan yang kemudian hilang seiring berlalunya awan
kemudian pasrah akan tibanya hujan
yang kembara tak lagi tentu tujuan

sehelai daun, terkulai ngungun di sudut akar
dengan gurat tanda tanya pada sisi bawahnya
kemana nasib ini akan berakhir
sekadar helai terlupakan, ataukah kan ada pemungutnya

sehelai daun terkulai, terbang oleh beliung datang
mengangkasa melampaui desa-desa
tercukupkan sudah apa yang ditanya
biarlah membusuk aku dikemudian, karna disetiap tulangku tlah banyak cerita



oleh : feriyanto arief
bogor, 11102011
 
duduk terdiam sebelum memakaimu
selintas terpikir tentang kamu
terdiri dari sepasang
satu di kiri dan satu di kanan

menjebak aku bertahun lalu
akan orientasi arah dan langkah
akankah aku terus menurut pasrah
yang kiri ku pasang di kaki kiri
yang kanan ku pakai di kaki kanan

atau, ini hanya kebiasaan ?

tertantang aku
akan sebuah pemecahan dari kata perubahan
sepatu kiri ku pakai di kanan
sepatu kanan ku pakai di kiri

ah, sederhana saja
paling-paling orang akan berkata...GILA !

fa, 29092011

 
(catatan seorang pengasong, untuk Bani Brahmantyo dan pak dhenya, Ahmad Yani)



Hanya sepi memagut
dari lorong-lorong gelap kumuh
dan cicit tikus
kurus lemah gontai berjlan tak tentu

lapak-lapak tunduk terdiam
dalam bisu yang luruh
rindu akan ramai yang kemarin

sementara preman-preman
dan bromocorah bertato
sengguk menangis
dalam gelimang bau spritus dan mulut berbusa

tak ada lagi kini, peluit parkir
tak ada lagi kini, jerit minggir-minggir
kuli angkut barang
lantang meminta jalan

lalu apa ?
sementara doa-doa tak lagi makbul
dan bau kemenyan dukun
tak mampu mengundang pembeli

pasar mati pagi ini
teronggok tak berkubur
menunggu harapan kian mengabur
terhisap bangunan-bangunan tinggi "makmur"

sialan !
tak ada lagi obyekan.


fa, 28092011

 
(sebuah sajak untuk DB)

Sore ini, matahari tenggelam
tepat di dadamu

padanya tlah kutitipkan
sedikit kehangatan yang tak mampu kuberikan

karna antara kau dan aku
terhalang oleh kepala, yang menjadi batu

dengan serpihan kepuraan
berserak disekitarnya

Malam, kali ini terbit
tepat dari dua bola matamu

dengan menyimpan tanya
seribu macam rahasiamu

karna antara kau dan aku
menjalin kisah, hanya bisu

berteman angan
mulutpun diam

Fajar, esok kuharap muncul
tepat dari riap rambutmu

membawa cahaya
penerang sekian tanya

karna antara kau dan aku
tak akan terhenti waktu

tetap berjalan
tanpa saling bergandengan



fa, 28092011

 
oleh Feriyanto Arief pada 11 Juli 2011 jam 8:35


masih lamakah kau disitu....

terpekur ratapi masa lalu.

sedang disini sabar aku bawakan kau waktu.

sepiring senja indah tersaji dimeja.

vas kaca, setangkai sedap malam merah muda.

 
pintaku malam ini Tuhan.
oleh Feriyanto Arief pada 03 Juli 2011 jam 1:37

Tuhan, pagi Mu menjelang...namun sungguh berilah ampunan diantara kami yang begitu masih terjebak dalam bodoh keangkuhan.

Sadarkan kami yang masih hidup di alam mimpi, dan besarkan nyali diantara kami saat menghadapi kehidupan.

Tuhan, kadang malam Mu demikian menyakitkan, kala sunyi demikian sunyi, kala jiwa serasa ditinggal sendiri, tolonglah kami kuatkan.

Tuhan, demikian pintaku, untuk aku, saudara, kerabat, teman dan sahabat. Ditangan Mu, adanya semua keputusan.

 
oleh Feriyanto Arief pada 26 Juni 2011 jam 6:37

senyum ramah begitu saja mudah ditawarkan 
sapa sopan mengoyak lamunan, silakan kopinya tuan 
badan membungkuk tangan mencakung 
setumpuk koran kabar kosong sigap ditawarkan 

ini dunia lain 
dari hiruk pikuk ramai debu jalanan 
nafas tersengal cucuran keringat darah 
mencangkul nasib sawah tak bertanah 
pinggiran hutan belantara tak berdaun 
pekat hitam udara berselimut halimun 

ini kampung utopia 
dari sebuah kerajaan dinegeri dongeng 
raja, menteri, hamba sahaya berwajah sama 
punggung berat keranjang seribu topeng. 

lalu apa ? 
tak ada... 
harapan sudah lama pergi lewat kapal terakhir 
bahkan mimpi mimpi hanyalah minuman tersaji di cangkir 

nikmati saja 
artifisial sajian tegur sapa 
hangat kopi 
sejuk pagi 


sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,