sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
aspal berkilat
air muncrat
sesekali kilat
memecah malam pekat

penumpang lelap
mimpi dalam dekap
mata menajam pedih
derum mesin terdengar lirih

rokok berasa hambar
kesendirian rata menebar
hujan tiada henti
jarak lelah kuarungi

fa
00.58
jogja - jakarta, 28102011

 
sebuah mangga mengkal
kukupas perlahan
sepotong, kuberikan padamu dipagi
karna hidup, harus berbagi

fa,27102011

 
dimulai dari dentang duabelas kali
pelan bergerak kekanan
hingga kini
saat harapan-harapan saling bermunculan

dapatkah kupetik satu
saat banyak merebak setelah hujan semalam
hingga tak terpaku aku
pada waktu yang begitu cepat menghilang

fa
jogja, 26102011

 


siang diantara hiruk kata dan angan
lalu lalang mimpi, nyata dan harapan
dengan aneka warna baju yang dikenakannya
aku lupa, engkau berpakaian warna apa

hingga lepas pegangan tangan
engkau dimana, bukankah tadi bergandengan ?

fa, 25102011

 
hangat mengepul terhidang dimeja
pasrah menunggu mulut menyeruput
dalam pagi yang diam
adakah aroma gula cukup setubuhimu ?

dan waktupun terus bergulir
bersama pelan ditenggorokan engkau mengalir
dimana engkau akan berakhir
kapan kesunyian akan mencair

fa, 25102011

 
satu huruf ku tambahkan lagi
pada buku catatan harianku di pagi
kudapat dari suara lesung barusan
kukumpulkan, berharap dapat kujadikan kata untuk kemudian

satu huruf terpilih
dari sekian huruf bertabur
tanpa maksud diri memilah
dari tatapan pagi yang masih kabur

catatan pagi kubuat
dari sisa tinta yang masih kudapat
untuk tak segera ia menghilang
kala arah langkah tak tentu kusut dalam kesesatan

fa
jogja, 24102011

 
lalu bilanganpun terus meluncur
hingga pada titik, dimana sejenak tanya dikabutkan
oleh kata-kata berhamburan
dari kalimat-kalimat kehilangan tanda baca

siapa mengeja ?
siapa menyimak ?
pada almanak mana
hingga kertas-kertas hambur berserak

cerita belum berakhir
walau sesat kemudian kita akan penutupnya

fa,21102011

 
Mas, pohon mangga yang dulu kau tanam
sudah berbuah dimusim ini
penghujan, kemarau, penghujan, dan kemarau lagi
ia bertahan dari jemput kematian
 
tidakkah kau ingin memetik
bersama kita nikmati berdua
jenis harum manis, demikian engkau berkata
untuk berjaga, jika aku nyidam nantinya
 
Mas, kupetik sendiri ia akhirnya
untuk si kecil yang kini melata
terbata mulutnya mulai berkata
tertawa-tawa saat kukidungkan tembang pengantar tidurnya
 
adakah kau akan datang untuk menimang
sambil susuri pematang kala senja menjelang
lupakan sejenak sawah dan ladang
perlahan pasti "seblabak demi seblabak" kian menghilang
 
Mas, lenguh sapi kini tak ada lagi
baik siang, sore atau malam hari
derum traktor pengganti kini
hehijauan mati, tak berpupuk lagi
 
Mas, tak ingatkah kau sebentar pulang
seperti kau janjikan banyak membawa uang
walau sunguh dari awal kubilang
tak perlu semua itu, cukup kau datang
 
sepi kini kujalani
hela nafas rindu tajam mengiris kalbu
penantian akan dirimu ada ditiap hari
benak hanya berisi bayangmu
 
Mas, aku kangen dirimu
sampai kapan kusanggup tanpa rengkuhmu
 
fa,21102011
 
malam
resah, keringat membanjir basah
bulan
menghilang tak ada lagi yang ditawarkan
angin
mati berhenti menyejukkan hati
gelap
pengap menahan nafas sampai tergagap
waktu
berlalu sendu dalam rindu akan Mu
pagi
kembali lagi telanjang tak ada satupun dapat kututupi
matahari
biaskan harapan dalam rentang masa penantian


Feriyanto Arief
jogja, 19102010

 
duduk terdiam sebelum memakaimu
selintas terpikir tentang kamu
terdiri dari sepasang
satu di kiri dan satu di kanan

menjebak aku bertahun lalu
akan orientasi arah dan langkah
akankah aku terus menurut pasrah
yang kiri ku pasang di kaki kiri
yang kanan ku pakai di kaki kanan

atau, ini hanya kebiasaan ?

tertantang aku
akan sebuah pemecahan dari kata perubahan
sepatu kiri ku pakai di kanan
sepatu kanan ku pakai di kiri

ah, sederhana saja
paling-paling orang akan berkata...GILA !

fa, 29092011


sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,