sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
duduk terdiam sebelum memakaimu
selintas terpikir tentang kamu
terdiri dari sepasang
satu di kiri dan satu di kanan

menjebak aku bertahun lalu
akan orientasi arah dan langkah
akankah aku terus menurut pasrah
yang kiri ku pasang di kaki kiri
yang kanan ku pakai di kaki kanan

atau, ini hanya kebiasaan ?

tertantang aku
akan sebuah pemecahan dari kata perubahan
sepatu kiri ku pakai di kanan
sepatu kanan ku pakai di kiri

ah, sederhana saja
paling-paling orang akan berkata...GILA !

fa, 29092011

 
(catatan seorang pengasong, untuk Bani Brahmantyo dan pak dhenya, Ahmad Yani)



Hanya sepi memagut
dari lorong-lorong gelap kumuh
dan cicit tikus
kurus lemah gontai berjlan tak tentu

lapak-lapak tunduk terdiam
dalam bisu yang luruh
rindu akan ramai yang kemarin

sementara preman-preman
dan bromocorah bertato
sengguk menangis
dalam gelimang bau spritus dan mulut berbusa

tak ada lagi kini, peluit parkir
tak ada lagi kini, jerit minggir-minggir
kuli angkut barang
lantang meminta jalan

lalu apa ?
sementara doa-doa tak lagi makbul
dan bau kemenyan dukun
tak mampu mengundang pembeli

pasar mati pagi ini
teronggok tak berkubur
menunggu harapan kian mengabur
terhisap bangunan-bangunan tinggi "makmur"

sialan !
tak ada lagi obyekan.


fa, 28092011

 
(sebuah sajak untuk DB)

Sore ini, matahari tenggelam
tepat di dadamu

padanya tlah kutitipkan
sedikit kehangatan yang tak mampu kuberikan

karna antara kau dan aku
terhalang oleh kepala, yang menjadi batu

dengan serpihan kepuraan
berserak disekitarnya

Malam, kali ini terbit
tepat dari dua bola matamu

dengan menyimpan tanya
seribu macam rahasiamu

karna antara kau dan aku
menjalin kisah, hanya bisu

berteman angan
mulutpun diam

Fajar, esok kuharap muncul
tepat dari riap rambutmu

membawa cahaya
penerang sekian tanya

karna antara kau dan aku
tak akan terhenti waktu

tetap berjalan
tanpa saling bergandengan



fa, 28092011

 
oleh Feriyanto Arief pada 11 Juli 2011 jam 8:35


masih lamakah kau disitu....

terpekur ratapi masa lalu.

sedang disini sabar aku bawakan kau waktu.

sepiring senja indah tersaji dimeja.

vas kaca, setangkai sedap malam merah muda.

 
pintaku malam ini Tuhan.
oleh Feriyanto Arief pada 03 Juli 2011 jam 1:37

Tuhan, pagi Mu menjelang...namun sungguh berilah ampunan diantara kami yang begitu masih terjebak dalam bodoh keangkuhan.

Sadarkan kami yang masih hidup di alam mimpi, dan besarkan nyali diantara kami saat menghadapi kehidupan.

Tuhan, kadang malam Mu demikian menyakitkan, kala sunyi demikian sunyi, kala jiwa serasa ditinggal sendiri, tolonglah kami kuatkan.

Tuhan, demikian pintaku, untuk aku, saudara, kerabat, teman dan sahabat. Ditangan Mu, adanya semua keputusan.

 
oleh Feriyanto Arief pada 26 Juni 2011 jam 6:37

senyum ramah begitu saja mudah ditawarkan 
sapa sopan mengoyak lamunan, silakan kopinya tuan 
badan membungkuk tangan mencakung 
setumpuk koran kabar kosong sigap ditawarkan 

ini dunia lain 
dari hiruk pikuk ramai debu jalanan 
nafas tersengal cucuran keringat darah 
mencangkul nasib sawah tak bertanah 
pinggiran hutan belantara tak berdaun 
pekat hitam udara berselimut halimun 

ini kampung utopia 
dari sebuah kerajaan dinegeri dongeng 
raja, menteri, hamba sahaya berwajah sama 
punggung berat keranjang seribu topeng. 

lalu apa ? 
tak ada... 
harapan sudah lama pergi lewat kapal terakhir 
bahkan mimpi mimpi hanyalah minuman tersaji di cangkir 

nikmati saja 
artifisial sajian tegur sapa 
hangat kopi 
sejuk pagi 

 
oleh Feriyanto Arief pada 16 Juni 2011 jam 22:23

tubuh renta berkain merah muda
lusuh mencangkung di panas kota
gemetar tangan
memetik tembang kehidupan

asmarandana
tentang rindu tersimpan nun jauh disana
masai kusut ditelan masa
luluh lantak keringkan air mata

seribu rupiah
dandang gula mengalun lemah
janji bertemu musnah sudah
hanya hari bergelimang resah
nafas sengal suara parau

debu jalan hujani kemarau
gontai langkah lanjutkan angan
belahan jiwa hilang ditelan zaman
nenek renta siter tua
tertatih lelah susuri masa

 
bertemu juga akhirnya kita.
dibawah panas matahari siang
setelah beberapa perjanjian
terpaksa terbang dibawa angin

sangat kelihatan
kerinduanmu tak dapat ditangguhkan
walau hanya sekadar
menunggu matahari redup perlahan

lalu
ceritamupun mengalir deras
tanpa tertahan..
tentang segala hal tentang segala impian.

peluh mengalir tiada henti
itupun rupanya kau tak peduli
karna pertemuan takkan lagi terjadi
untuk tahun tahun yang kan berganti.

karna itu mari lepaskan rindu hingga tuntas.
walau dibawah matahari panas.

oleh Feriyanto Arief pada 03 Juni 2011 jam 15:33
 
kita bangun ruang ruang komunikasi.
untuk dapat kita berinteraksi.
bercakap dan saling berbagi
walau kadang membawa tangis
namun itulah yang harus kita jalani.

pada ujung ujung perbincangan
selalu saja hal baru kutemukan
tanpa sebelumnya tersadarkan
ada segala ditakar dibandingkan
tanpa satupun maksud yang lain.

kesetaraan tak ada bagimu
setelah banyak kudapat dari berjalannya waktu
tersandung tersungkur itu aku selalu
selalu tangan terulur tuk bangunkanku
tak pernah lelah mundur lalu
selalu ada mana kulelah dan mencarimu

andai kurasa kaki menjauh kini
tak sedikitpun hilang percaya diri
tuk hilang arah kemudian lalai
melepaskan apa yang slama ini tergadai

oleh Feriyanto Arief pada 02 Juni 2011 jam 6:11
 
harusnya sudah dari awal
kau sadari
kemana setapak ini mengarah
sehingga kau langkahkan kakimu
menuju sana.

terjal jalan yang kau pilih,
beronak dan penuh duri
serta lumpur lumpur penjebak
yang bahkan petualang bodoh pun
segera akan menyadarinya.

namun
kakimu tlah terlalu jauh
dan teriakan serta peluit tiada guna
saat tersadar
bukan oase, danau kecil atau 
air terjun yang kau dapat
sbagai pelepas dahaga yang kau kira
dimana kau bisa tenang 
membuka tenda di sana.

hanya fatamorgana..

lalu kenapa kau harus mencaci
sumpah serapah bahkan tangis
ku pikir
kau cukup tangguh untuk
berjalan pulang atau
mati di sana
sebagaimana halnya kesejatian
seperti petualanganmu yang
sudah sudah.

pilihan selalu ada..
andai kematianpun yang harus
kau tempuh.
matilah sebagai petualang..
hanya senyum..
tanpa air mata.




oleh Feriyanto Arief pada 31 Mei 2011 jam 6:40

sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,