sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
Subuh;

Angin kumbang semilir beku
Jiwa telontar
Terlantar
Nelangsa mengembara
Di negeri melantur, dengan segudang fakta yang terpelintir.
Kebenaran yang terasing
Apalah arti sebuah martabat bagi negeriku?

Subuh;

Ku harap engkau terbangun
Menutup mimpi indah semalaman
Lalu merangkainya dalam rumpun cerita pagi
Menggelindingkan matahari
menumbuhkan sebutir kebajikan
diluas lapang harapan
“Apakah kita masih tetap bersemangat?”
Tanyamu dalam lelah membathin

Subuh;

Bagaimana,
maukah engkau terbangun?
Menyimak cerita pagi tentang rumah-rumah roboh terhantam gas dalam tabung.
Rintih bocah dua tahunan,
Kulitnya mengelupas terjilat api.
Lalu kecemasan para ibu-ibu yang lari dari dapurnya.
Bukankah itu gagasanmu?
Lalu mengapa kau bercuci tangan, setelah.
Melemparkan daging pada sekumpulan anjing
Mengelaklah engkau dari tanyaku
Sebab jawabmu sudah aku dengar;

Subuh:

Pada senyap pikir kutemukan wajahmu
Saat malam, hujan turun
Ketika rintih sunyi menikam kelam:
Aku masih mengenangmu.....




oleh Mas Garang pada 04 November 2010 
 
Aku hanyalah malam
yang terjebak tertindih ruang-ruang kosong
Terkuliti keluh dalam ratap khusu:
Aku ingin menyapamu dalam keengganan bertegur sapa
"Mengapa kita bertemu dalam kebisuan?" tanyaku dalam bahasa bisik

Engkau masih tetap terdiam
menatapku dengan pandangan kosong
Atau engkau lagi terpelintir kejenuhan dari sapaku?
Ayolah membisiklah batin dalam auman kelam
membahanakan ceria dalam benturan waktu
Pada pertemuan kita

Aku ingin menyapamu dari keengganan
melewati bisu membatu,
dipertemuan kita yang singkat
Sebab esok atau nanti kita tak lagi berjumpa lagi
Kita bepulang ke negeri kekelan tanah abadi: Kematian!




oleh Mas Garang pada 02 November

sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,