sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,
 
Lamun ka inget teh sok tuluy nyurucud cipanon. Teu ngabisani da hate mah sok rada nyelekit saeutik. Ti semet harita mah sok rada teu tenang loba kasieun, kamelang jeung kahariwang. Bingung kudu kasaha nya muntang, teu aya pisan batur geusan pakumaha. Rek lunta, da lunta kamana. Lamun bisa jiga na dongeng mah meni hayang boga "ibu peri".



Panumbangan, 21 Oktober 2011
Restia Nurmilah 

HUJAN

11/10/2011

0 Comments

 
Duhai air yang tercurah dari langit. Dari masa kecilku, engkau adalah sahabat setia yang menyimpan tawaku di setiap tetesmu.
Manakala langit mulai mendung, dan ibuku mengeluh soal setumpuk cucian yang masih basah. Aku selalu tersenyum, aku berharap engkau segera turun ke bumi agar aku bisa bermain bersama butir- butir air yang menyegarkan. Meski setelahnya ibu akan mengomeliku tapi, aku suka karena selalu ada susu coklat hangat setelahnya.
 
‎"Bunda, bersabarlah insya allah ada jalan untuk kita," kataku sembari menitikkan air mata.
Bunda terus saja menangis, membuat aku tak kuasa menghentikan tangisku.
"Meskipun miskin, gila, atau apapun kata orang. Ayahmu tak bisa memisahkan bunda sama kalian," katanya sambil terus menangis.
Aku tak tahan lagi, rasanya dadaku sesak sekali. Perpisahan keduanya 9 tahun yang lalu, menyisakan luka yang mendalam di hatiku. Setelah berpisah sekian lamanya, kini ayah malah melarangku menemuinya bahkan mengancamku.


Restia Nurmilah

sajak, sastra, puisi, poetry, poem, writing, menulis, cerpen, novel, diksi,