Sambil mengunyah sepotong mimpi yang ranum
Ku panggili namamu di belantara sepi
Tapi selalu saja suaraku tersangkut pada cemara
Yang menari
Bulan rawan menyeret gelisahku perlahan
Menyusur padang malam yang luas,
O, kucium wangin rambutmu
Tapi, selalu sia-sia ku panggili namamu
Hingga lelah dan aku tergolek dirangkulan pagi
Yang membawaku mendaki titian hari-hari yang layu
Muararajeun Baru, Bandung 1981
(Puisi lawas)
Ku panggili namamu di belantara sepi
Tapi selalu saja suaraku tersangkut pada cemara
Yang menari
Bulan rawan menyeret gelisahku perlahan
Menyusur padang malam yang luas,
O, kucium wangin rambutmu
Tapi, selalu sia-sia ku panggili namamu
Hingga lelah dan aku tergolek dirangkulan pagi
Yang membawaku mendaki titian hari-hari yang layu
Muararajeun Baru, Bandung 1981
(Puisi lawas)